Why Fall in Love If You Can Attend Tsing Hua University (English to Indonesian Translation) - Bab 55
- Home
- Why Fall in Love If You Can Attend Tsing Hua University (English to Indonesian Translation)
- Bab 55 - Keinginan Duniawi (I)
BAB 55
KEINGINAN DUNIAWI (I)
Yin Fang secara terbuka merebut murid lain!
Gu Shi Yun, yang berada di depannya tersenyum dengan sangat lembut: “Terima kasih atas penghargaannya Guru Yin, saya telah berada di kelas 2-2 selama ini, dan menurut saya kelas ini cukup bagus.” “Hei Hei! Guru Yin, siapa yang beraninya merebut murid di depan orang lain ?! ” Wali kelas 2-2 menyahut kesal, “Aku juga akan pergi ke kelasmu untuk merebut murid-muridmu!”
Yin Fang menyeringai: “Kamu bisa mengambil siapa pun yang kamu suka, selama kamu bersedia untuk menukarnya dengan Gu Shi Yun!” Dia sepertinya memikirkan sesuatu lalu tiba-tiba tersenyum: “Kamu bisa mengambil murid dengan nama keluarga yang sama, Gu Xue Jiao!”
“Itu sih terlalu bagus untukmu!” Wali kelas kelas 2-2 memutar matanya ke arah Yin Fang.
Gu Shi Yun tersenyum lagi, “Guru, saya akan membawa pekerjaan rumahnya kembali ke kelas terlebih dulu.”
“Oke, baiklah.”
Gu Shi Yun berbalik, Yin Fang melihat punggung lembut murid itu, dan kemudian memikirkan Gu Xue Jiao yang membuatnya sakit kepala, lalu kemudian dia kembali teringat nilai Gu Xue Jiao, dan menghela nafas lagi.
“Mereka semua bermarga Gu. Mengapa perbedaannya begitu besar?”
****
Cheng Ming Jiao datang keesokan harinya, dengan sikap diam dan seluruh wajahnya cemberut, terlihat sangat tidak sedap dipandang.
Xue Jiao tidak tahu apa yang Keluarga Cheng katakan padanya, tapi selama beberapa hari berturut-turut, Cheng Ming Jiao tidak mengatakan sepatah kata pun padanya di kelas.
Xue Jiao sangat senang dengan ketenangan yang dia dapatkan.
Di keluarga Cheng sendiri, Li Si Tong dengan sengaja menyenangkan hatinya, dan yang lain juga tidak menyebutkan sepatah kata pun yang mendukung Cheng Ming Jiao.
Dia akhirnya mendapat ketenangan batin dan bisa terlepas sementara dalam pertikaian keluarga yang tiada habisnya, dan akhirnya memiliki kesempatan untuk belajar dengan serius.
“Di setiap pergantian mata pelajaran, setiap murid harus menyelesaikan latihan setelah kelas selesai. Aku akan datang ke kelas berikutnya untuk memeriksa kalian! ” tandas guru matematika itu. Pada Rabu pagi, ada dua kelas matematika yang berlangsung secara berturut-turut. Setelah pernyataan ini tentu akan banyak siswa yang harus menderita karena menulis dan mereview ulang semua PR tersebut.
Yi Tian Yu saat ini sedang tertidur di kelas, dan samar-samar mendengar sesuatu tentang pekerjaan rumah, dia tiba-tiba membuka matanya. Tanpa sadar, pandangannya jatuh pada Xue Jiao yang saat itu dengan serius membolak-balik bukunya, menulis isian soal berikut.
Seperti sebelumnya, punggungnya tegak seperti pena, dan duduk seperti siswa sekolah dasar. Ukuran tubuhnya tampak mungil seukuran telapak tangan, halus dan cantik. Daun telinga putih berbentuk kristalnya sangat imut, hidungnya yang kecil dan tegak, bibirnya yang sedikit merah ……
Yi Tian Yu memandang gadis itu sepanjang istirahat siang hingga bel pergantian kelas berbunyi dan hal ini menyebabkan dia kehilangan akal sehatnya.
“Baik! Sekarang aku datang untuk memeriksa tiap murid. ” Guru matematika masuk dan berjalan lurus ke belakang dari baris pertama.
Yi Tian Yu tertegun dan melihat ke arah Gu Xue Jiao yang membolak-balik bukunya dan dia pun membuka bukunya sendiri. Tepat saat ini, guru matematika datang.
“Yi Tian Yu! kamu tidak menulis satu kata pun ?! Sikap macam apa ini! ” Guru matematika menjadi marah.
Yi Tian Yu tertegun, benar-benar ada pekerjaan rumah?
“Berdiri! Selama kelas ini berlangsung, kamu harus mengikuti kelas sambil berdiri!”
Yi Tian Yu dengan bodohnya berdiri. Guru matematika pergi ke bangku lain untuk lanjut memeriksa. Dia dengan cepat menundukkan kepalanya dan berbisik: “Hei ada pekerjaan rumah? Kenapa aku tidak melihat kamu mengerjakannya tadi ?! ”
Xue Jiao melirik ke arah guru kemudian menengadah menatap remaja itu lalu mengerutkan alisnya, dan kemudian tertawa kecil: “Aku sudah duluan mengerjakannya ……” Saat dia mengatakan ini, dia menunjuk ke arah buku PRnya. Yi Tian Yu melihat kemana jarinya menunjuk, dan seperti yang diduga, terlihat tulisan yang padat di buku tersebut tanda bahwa dia sudah mengerjakan semua PR nya.
Kemudian dia membandingkannya dengan buku miliknya sendiri yang terlihat kosong melompong ……
Yi Tianyu: ”……”
Sialan! kenapa anak ini harus serajin ini?!