Why Fall in Love If You Can Attend Tsing Hua University (English to Indonesian Translation) - Bab 77
- Home
- Why Fall in Love If You Can Attend Tsing Hua University (English to Indonesian Translation)
- Bab 77 - Peringatan Ringan (I)
BAB 77
PERINGATAN RINGAN (I)
Seluruh tubuh Li Si Tong bergetar seolah-olah benaknya tidak bisa memproses kalimat yang barusan dilontarkan oleh putrinya. Bibirnya bergetar, tetapi dia tidak tahu harus berkata apa.
Meminta maaf?
Dia sepertinya sudah mengatakannya berkali-kali.
Katakan kenapa kamu bisa berbicara seperti itu?
Dia tidak bisa mengatakannya.
Pada akhirnya dia hanya gemetar, tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.
Xue Jiao menarik napas dalam-dalam: “Bu, kamu sebaiknya pulang duluan, aku akan lanjut belajar.”
Setelah berbicara, dia berbalik dan pergi. Pandangannya bertemu dengan Yi Tian Yu, yang saat itu kepalanya menyembul ke luar jendela.
Mata keduanya bertemu.
Anak itu bertingkah seperti orang yang sudah tertangkap basah karena melakukan sesuatu yang buruk. Dia segera berbalik dan menarik kembali kepalanya ke dalam.
Langkah kaki Xue Jiao berhenti sebentar, lalu dia melanjutkan langkahnya dan meninggalkan Li Si Tong.
Orang tuanya baru saja di usir pulang dan gurunya belum kembali. Bahkan walau ini adalah kelas percobaan, tentu saja kelas tetap berisik. Kebisingan berpusat di kelas, kursi baru yang diatur kembali dan orang tua yang mengobrol… menciptakan diskusi yang panas.
Xue Jiao kembali ke kursinya dan mengeluarkan buku fisika tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Dia mengalami kesulitan saat belajar tentang elektromagnetik di kehidupan terakhirnya. Tingkat kesalahannya pada soal tentang elektromagnetik sangat tinggi.
Memiliki kesempatan untuk mengulang kembali di kehidupan ini, Xue Jiao tidak berani menjadi sombong. Dia memutuskan agar kedepannya lebih menyimak pelajaran ini dan belajar lagi dengan sungguh-sungguh. Kali ini, dia harus memperbaiki kekurangannya.
Tatapan Yi Tian Yu terus melekat padanya dan setelah beberapa saat, dia mengeluarkan sebungkus kecil biskuit soda dari laci mejanya.
Setelah tertegun sejenak melihat biskuit itu, Yi Tian Yu berpikir dalam hati, mengapa hanya ada biskuit yang patah di laciku?
Dia kembali merogoh lacinya dan memastikan tidak ada yang lain selain biskuit soda ini. Kemudian, dia dengan lembut meletakkan biskuit di atas mejanya, perlahan-lahan mendorong biskuit itu dengan jarinya ke depan Xue Jiao.
“Hei, kutu buku, apakah kamu ingin makan?” Suaranya terdengar berpura-pura santai.
Xue Jiao memandang biskuit itu dengan bingung. Setelah beberapa saat, dia mengalihkan pandangannya dari biskuit ke Yi Tian Yu.
“Tidak perlu, kamu bisa memakannya ……”
Yi Tian Yu menyodorkan biskuit itu ke arah gadis itu: “Makanlah sesuatu jika suasana hatimu sedang buruk!”
Dia menatap gadis itu dengan penuh harap.
Kepalanya seperti mati rasa karena ditatap seperti itu. Xue Jiao melihat biskuit itu, beberapa lama kemudian dia membuka dan memakannya perlahan.
“Bagaimana? Apakah kamu merasa lebih baik?”
Xue Jiao tidak menyahut.
“Tidak?” Tian Yu tertegun.
Kemudian dia mulai berbicara dengan berlebih-lebihan: “Kuberitahu ya, beberapa orang dewasa itu memang cuek, kamu tidak usah terlalu peduli sama mereka! Terutama wanita menopause, jika kamu marah kepada mereka, kamu hanya membuat dirimu sendiri emosi! Menopause adalah periode yang penuh kegilaan! Kamu ini anak yang cukup baik, ayahku bahkan ingin mengangkatmu sebagai anak perempuannya sejak pertama kali dia melihatmu! ”
Xue Jiao menatapnya, tetapi tidak berbicara.
Gerakan Yi Tian Yu langsung kaku dan dia perlahan menarik tangannya. Suaranya rendah dan agak malu: “Benar lho ……”
Xue Jiao masih tidak berbicara.
“Hei …… Apa kamu benar-benar sedih sampai tidak bisa bicara?” Dia mengatakan ini agar membuat gadis itu mau menumpahkan isi hatinya. Tian Yu pun memandangnya dengan berhati-hati, tubuh jangkungnya dibaringkan di atas meja sambil menatapnya dengan cemas.
Xue Jiao yang saat itu sedang ditatap perlahan membuka mulutnya, suaranya sedikit serak: “Biskuitnya …… terlalu kering ……aku …….tidak bisa bicara……”
Yi Tian Yu: ”……”